Sunday, May 29, 2016

jalan di tengah pemakaman

Catatan dari penulis :

-sebelum membaca cerita ini anda harus bisa merasakan menjadi pemeran utama dalam cerpen ini agar anda merasakan suasana seramnya jika sudah selamat membaca

- cerpen ini tidak ada unsur ke tidaksamaan atau melecehkan atau menjelekan pihak lain cerita ini hanya cerita fiksi belaka jika ada unsur kesamaan mungkin itu hanya kebetulan saja

Salam hangat dari penulis.


Nama ku puput aku bekerja di restoran cepat saji di daerah depok jawa barat, aku hari ini mendapatkan shift siang dan harus pulang jam 11.30 karena restoran closing sekitar jam segitu, waktu pun sudah menunjukan pukul 11.30 aku pun pulang, setelah aku pulang aku mendapatkan dua jalur di mana jalur kiri melewati kuburan dan di jalur kanan melewati jembatan tetapi di sekitar jembatan itu ramai banyak para pemuda, memang sih lewat jembatan sama kuburan sama-sama deket tapi aku malas lewat jembatan karena di jembatan tersebut pemudanya pada nakal dan genit, karena aku takut kenapa-kenapa lebih baik aku melewati jalur kuburan, dalam hati ku berkata mending lewat kuburan ketemu setan dari pada lewat jembatan ketemu orang terus di jahatin, aku pun mulai jalan menyusuri pemakaman, saat itu pemakaman itu begitu sepi dan biasa saja, setelah di pertengahan jalan kuburan angin bertiup kencang, hati mulai tidak enak, bulu kuduk pun berdiri dan pikiran pun mulai negative, tiba-tiba aku mendengar suara tangisan di samping, aku tidak berani menoleh ke samping, aku pun membaca doa pikran dan hati pun merasa tenang, aku pun berjalan tinggal sedikit lagi keluar dari perkarangan kuburan tiba-tiba angin bertiup kencang lagi setelah bertiup kencang aku melihat di depan ku seperti ada perempuan yg berdiri dan di sampingnya seperti orang berbungkus kain kafan mereka berdua berdiri beberapa jarak aga jauh dari ku tapi tidak tau kenapa kaki ini tidak bisa di gerakan, perempuan dan orang tersebut pun mulai mendekati ku benar saja ternyata orang perempuan dan orang tersebut adalah kuntilanak dan pocong mereka menatap ku dengan mata merah  menyala, melotot sepert Ingin keluar dan muka mereka hancur penuh belatung dan darah, aku pun diam seperti batu dan pingsan karena tidak kuat pagi telah tiba aku berada di kamar ku ternyata, kata ibu ku aku di temukan tergeletak saat pagi hari di tengah kuburan dan aku di bawa kerumah ku

penulis : Ryandika kuswandi

No comments:

Post a Comment